Selasa, 13 Juli 2010

Dreaming about a Perfect Life Partner

Jaman sekarang, yang semuanya diukur dari materi, mulai pekerjaan sampai harga diri, semuanya dinilai pakai sistem moneter alias uang. Sampai urusan jodoh, carilah pasangan hidup yang kaya raya!

Saya miris mendengar seorang ibu yang bilang sama putrinya “Kamu harus cantik, biar nanti dapat suami orang kaya” atau “ Kamu nanti sekolah di tempat orang kaya, biar dapat pacar anak orang kaya”.

Mungkin ada beberapa dari kita yang mengandalkan fisik semata demi mendapatkan pasangan hidup orang kaya, tapi sebenarnya ada harga yang harus dibayar, dan bayarannya menurut saya tidak murah dan mudah karena banyak yang harus dikorbankan, dan yang paling sakit ya, batin kita.

• Pasangan hidup kita mungkin tahu kalau istri/suaminya lebih mencintai uangnya daripada dia. Jadi ya siap-siap saja jadi objeknya, artinya dia bisa dimainkan, dianggap enteng/rendah, diperlakukan sesuka dia, yang paling parah kalau sudah tidak suka lagi yang dibuang .

• Perselingkuhan.

• Kekerasan dalam rumah tangga.

• Karena adanya perselingkuhan, maka mereka akan berusaha sekuat mungkin untuk tetap menjadi ratu/raja di rumahnya. Mereka harus cuek dan tidak ambil pusing kalau pasangan kayanya punya selingkuhan dimana-mana. Bisa gila tuh kalau tidak punya teman curhat.

• Karena mengandalkan penampilan fisik, maka biasanya akan mempertahankan keindahan fisiknya dengan segala cara, mulai dari pakai obat-obatan yang harganya selangit, sampai dioperasi plastik (tummy tuck, lip suction, etc).

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada wanita tapi juga laki-laki. Dan makin lama makin banyak cara yang dilakukan mulai dari cari yang masih single sampai merebut suami orang. Semuanya demi hidup enak, nyaman, terpandang, dan segudang alas an lainnya. Arti pernikahan dan keluarga sudah lama dilupakan. Jaman sekarang sudah tidak punya malu lagi.

Tulisan ini saya buat tanpa ada niat untuk menyudutkan orang tertentu, bukan juga karena saya sirik karena tidak dapat pasangan yang kaya raya, tetapi lebih ke perenungan saja. Saya juga belum pernah menikah, belum pernah mencicipi asam garam kehidupan, tapi pernah mendengar dan melihat sendiri kisah-kisah kehidupan seperti yang diatas. Memang awalnya terasa enak tetapi lama kelamaan baru terasa pahitnya. Semua keputusan berada di tangan masing-masing, mau yang substansial atau yang glamorous.