Mumpung masih musim hujan, dan kebetulah pula tahun kemarin (2010) musim kemaraunya basah, saya jadi ini berbagi pengalaman. Pengalaman saya ini mungkin sudah banyak dialami oleh banyak orang terutama para angkoter di Jakarta.
Jadi ceritanya seperti ini; yang paling dibenci oleh saya sebagai angkoter se-Jakarta adalah hujan. Hujan? Kenapa bukan macet? Kalau macet itu sih sudah jadi makanan sehari-hari warga Jakarta, tidak siang tidak malam, yang namanya macet ibaratnya sudah biasa, bahkan kalau saya perhatikan belakangan ini weekend pun juga macet. Di samping makin banyak mobil di Jakarta, pembangunan mall di tempat yang terlalu strategis pun turut menyumbang kemacetan di penghujung pekan. Macet bisa di prediksi dan dihindari, misalnya berangkat lebih pagi, pulang lebih malam, atau biasanya nongkrong dulu di mall (lagi-lagi).
Tapi lain ceritanya beda kalau hujan. Hujan bisa diprediksi tetapi yang paling menjengkelkan itu efek sampingnya. Jakarta yang sudah macet, makin tambah macet lagi. Genangan air dimana-mana menyebabkan kendaraan berjalan pelan-pelan padahal antrian kendaraan di belakang tambah panjang, jadi kebayang gimana lamanya. Lalu sepeda motor yang berteduh di bawah jembatan layang, mereka berteduh sampai melebihi setengah badan jalan dan menghalangi mobil lain yang ingin lewat. Kalau ini namanya macet total, sudah ga bisa gerak ke mana-mana.
Akibat bagi para angkoter jelas, terjebak di angkot paling parah kalau tujuan masih jauh dan berada di tengah-tengah tol, mau ke toilet ga bisa, lapar susah cari tukang makanan. Penderitaan tambah menyiksa kalau kondisi angkutan umumnya bobrok. AC yang terlalu dingin dan tidak bisa dikecilkan dan yang paling parah kalau ditambah dengan atap bis yang bocor. Kata teman saya kalau naik bis bocor, bisa-bisa orang yang ada di bis lebih basah daripada orang yang di luar bis. Kalau bis yang dinaiki tidak pakai AC, siap-siap dengan udara yang pengap dan kadang-kadang bau-bauan tujuh rupa yang berasal dari para penghuni-penghuni bis dan masih banyak lagi kerepotan yang harus dihadapi dalam situasi seperti ini.
Artikel ini tidak bermaksud untuk menyalahkan masalah transportasi pada siapapun, setiap masalah yang timbul adalah cerminan dari perilaku masyarakat sekitarnya. Yah, sebagai angkoter, kita harus tabah menjalani setiap hari kita di angkot, dan untuk penyedia jasa transportasi tolong diperhatikan unsur kemanusiaannya dan terkahir untuk pemerintah, agar bisa mengatasi masalah transportasi dengan cepat, tepat dan tanpa masalah