Minggu, 31 Januari 2010

Danau Sidihoni (Sidihoni Lake)

Jika diumpamakan, maka Sidihoni adalah perempuan cantik yang tidak laku, bukan karena orang tuanya galak bin sangar, tapi karena terlalu cuek alias tidak pernah merawat anak perempuannya yang cantik itu. Anaknya tidak diberi baju bagus jadinya kecantikan tersamar dengan baju dekil.



Perjalanan Ke Sidihoni


Sidihoni terletak di daerah Pangururan, sebutan yang paling terkenal adalah danau di atas danau. Yup! Sidihoni merupakan nama sebuah danau di Pulau Samosir. Untuk menuju kesana sebenarnya mudah karena ketika sampai di daerah Pangururan, ada banyak petunjuk jalan yang menunjukkan jalan ke Sidihoni, perjalanan ke sana sebenarnya hanya memakan waktu setengah jam saja, tetapi karena kondisi jalan yang sangat rusak parah, akhirnya bisa memakan waktu lebih dari 1 jam.

Kamis, 21 Januari 2010

Dokan Village



Ini merupakan rumah tradisional orang Batak,
bentuknya rumah panggung, dan terbuat dari bambu dengan atap terbuat dari ijuk.
Satu rumah ini biasanya dihuni oleh 3-8 keluarga, yang tidur di kamar-kamar dengan sekat kain. Langit-langit rumah tersebut digunakan sebagai tempat untuk menaruh kayu bakar untuk kebutuhan memasak. Diujung atapnya, sama seperti rumah tradisonal Batak lainnya terdapat ukiran kepala kerbau.

suasana di dalam rumah agak pengap karena tidak ada jendela, dan juga karena banyak warga yang tinggal. setelah mengunjungi rumah tersebut, lebih baik memberikan tips kepada empunya rumah sebesar Rp15-20 ribu. Diberikan kepada kepala keluarga atau yang kelihatannya tertua.

Desa Dokan terletak di Berastagi sebelum air terjun Sipiso-piso. untuk mencapai desa ini cukup mudah karena disisi jalan terdapat papan petunjuk yang mengarahkan arah desa tersebut.

Penampilan Menipu…

Sering sekali kalau travelling di dalam negeri, saya dikira orang Jepang atau Korea atau Singapura atau Taiwan atau yang lainnya. Sewaktu pulang dari Bali pada study tour yang sama dengan kejadian toilet, saya dikira berasal dari Korea Selatan sama bapak-bapak di airport bandara Soekarno-Hatta. Padahal saya dan rombongan bicara pakai Bahasa Indonesia.
Yang paling parah waktu di Berastagi, sewaktu saya sedang berwisata bareng teman-teman, kita ke Desa Dokan. Desa Dokan merupakan desa adat yang rumahnya masih sangat tradisonal, saya dan teman saya dikira berasal dari Belanda. Wah! Hebat betul belum pernah ada yang kira saya dari Belanda padahal tampang so Asia.

Memang sih senang, tapi miris juga karena mereka kaget begitu tahu kalau saya dan teman saya adalah orang Indonesia sebabnya orang Indonesia sangat jarang yang mau mengunjungi Desa Dokan, yang paling sering adalah turis mancanegara. Supir mobil sewaan juga mengatakan bahwa sangat jarang sekali turis lokal yang mau mengunjungi Desa Dokan. Jadi ya maklumlah kalau mereka mengira rombongan saya datang dari luar negeri.

Tjong A Fie Mansion, Front Gate


Tjong A Fie Mansion

Tjong A Fie dulunya merupakan orang terkaya di Medan, dan kemudian dijadikan residen (sekarang setingkat Gubernur ) oleh Pemerintah Hindia Belanda. Tjong A Fie Mansion terletak di wilayah Kesawan, atau didaerah Kampung Keling (daerah orang keturunan India). Saya cukup beruntung karena sewaktu saya jalan-jalan di Medan bulan desember 09 kemarin, Tjong A Fie Mansion sudah dibuka untuk umum, padahal sebelumnya belum pernah. Harga tiketnya cukup mahal Rp 35.000. tapi cukup masuk akal karena biaya perawatan yang tidak sedikit.

Rumah tersebut terdiri dari 2 lantai, lantai 1 terdiri dari dapur, ruang makan, altar keluarga, kamar tidur Tjong A Fie, ruangan Melayu tempat Tjong A Fie menerima tamu dari Melayu (Indonesia) dan timur tengah, ruangan China tempat untuk menerima tamu dari China, dan ruangan untuk tempat tinggal pembantu. Di lantai 1 ini juga terdapat foto-foto keluarga Tjong A Fie, kehidupan dan pemakaman Tjong A Fie. Di lantai ini terdapat kamar tidur Tjong A Fie, kamarnya cukup luas, dan sangat harum karena memang dihias dengan bunga-bunga hidup yang wangi. Menurut saya, kamarTjong A Fie sendiri cukup mewah apalagi pada masa hidupnya, ada beberapa lemari kuno yang terbuat dari jati, meja rias, lampu gantung, dan meja marmer. Sayang sekali di bagian kamar ini tidak diperkenankan untuk memotret.

Di lantai 2, terdapat altar bagi dewa-dewa, ruang tidur untuk anak-anak Tjong A Fie, dan ruangan eropa untuk menerima tamu orang Eropa. Di ruangan Eropa ini perabotan furniturnya sudah tidak ada lagi, yang ada adalah foto-foto keluarga, pernikahan anaknya. Perabotan tersebut tidak ada karena sudah dibagikan ke anak-anaknya, dan mereka juga tidak menyangka bahwa rumah peninggalan ini akan dibuka untuk umum.

Tjong A Fie Mansion selain merupakan tempat yang bersejarah, juga merupakan tempat yang bagus untuk objek fotografi. Jika memotret di tempat ini, serasa memotret di negeri Cina…