Beberapa hari, saya merasa damai. Damai karena handphone saya rusak dan harus diperbaiki. Pertama-tama saya kesal karena handphone saya satu-satunya (tidak ada cadangan dan pinjaman) rusak artinya harus keluar uang ekstra untuk perbaikan, belum kalau ternyata rusaknya parah itu kan berarti saya harus beli baru yang artinya uang ekstra saya jadi tambah banyak. Kedua, saya pasti akan repot karena harus menelpon lewat telepon rumah dan saya tidak punya backup nomor kontak. Ketiga, saya sulit dihubungi, rasanya jadi seperti terkucilkan.
Kemudian saya menjalani beberapa hari tanpa handphone, ternyata tak seperti yang saya duga. Saya pikir hari-hari saya bakal menyebalkan, tapi saya justru merasa damai, rasanya seperti terbebaskan dari ketergantungan teknologi. Singkat kata , saya menjadi lebih rileks.