Postingan ini adalah lanjutan dari postingan ‘Job Interview’. Kalau di postingan sebelumnya, mengisahkan tentang fresh graduate yang akan melamar lowongan pekerjaan, sekarang mengenai suka dukanya tes dan wawancara kerja.
Kalau lamaran yang kita kirim ternyata mendapat panggilan, jangan senang dulu, karena kita masih harus bersaing dengan beberapa kandidat, tujuan perusahaan jelas untuk mendapatkan kandidat yang paling cocok (bagus). Biasanya kalau tes dan wawancara sudah komplit, hasilnya ada 2 yaitu diterima atau ditolak. Meminjam kata sinetron, baik diterima atau ditolak ‘semua ada hikmahnya’.
Hikmah jika diterima:
Hikmah no.1 : karena diterima, ya jelas berarti setelah akhir bulan dapat gaji terus traktir-traktir deh.
Selasa, 09 Februari 2010
Minggu, 07 Februari 2010
Job Interview
Selesai kuliah biasanya setiap orang punya rencana masing-masing; cari kerja, buka usaha, sekolah lagi, cari beasiswa, jadi pengangguran sejati, atau langsung kawin. Biasanya yang paling banyak dipilih orang itu adalah pilihan nomor satu alias cari kerja, bukannya pilihan lain kurang menarik tapi biasanya pingin cari pengalaman dulu baru kemudian loncat ke pilihan selanjutnya. Saya pun begitu, ingin buka usaha tapi rasanya ingin cari pengalaman dulu, lagipula usaha macam apa juga belum kepikir.
Maka sesuai dengan rencana, sayapun segera mencari pekerjaan, mulai dari akun Jobtsreet, dari Koran. Tapi saya sengaja menolak koneksi, karena saya ingin merasakan petualangan cari kerja mulai dari kirim surat lamaran, psiko tes, wawancara sama HRD dan user. Yah, setidaknya ada cerita buat ditulis atau digosipin.
Dari sekian banyaknya lamaran, tidak semua dapat panggilan wawancara. Dan dari semua panggilan wawancara dan psikotes tidak semua juga yang lolos. Ada pekerjaan yang benar-benar saya suka tapi ternyata tidak lolos, ada yang tidak begitu suka tapi malah dipanggil tapi akhirnya tidak saya ambil pekerjaan itu. Dari semua proses rekrutmen tersebut yang paling menentukan itu adalah wawancara dengan user, jika bisa membuat user ‘click’ dengan kita, ya kemungkinan diterimanya lebih besar.
Karena sering ikut tes dan wawancara kerja, saya jadi hapal beberapa gaya dari HRD, tentunya beda setiap perusahaan.
Kalau rekrutmen berdasarkan referensi misalnya dari buku wisuda, koneksi atau pembajakan, proses rekrutmen cenderung lebih gampang dan kesempatan diterima sangat besar karena biasanya HRD sudah tahu kemampuan calon pekerja. Kalau yang model ini paling-paling hanya beberapa kali wawancara dan kalau cocok dengan gaji, ya akhirnya diterima.
Tapi jika rekrutmen berasal dari luar, pokoknya buka dari referensi. Proses rekrutmennya bisa jadi panjang atau pendek tergantung dari perusahaan. Biasanya urutannya seperti
Maka sesuai dengan rencana, sayapun segera mencari pekerjaan, mulai dari akun Jobtsreet, dari Koran. Tapi saya sengaja menolak koneksi, karena saya ingin merasakan petualangan cari kerja mulai dari kirim surat lamaran, psiko tes, wawancara sama HRD dan user. Yah, setidaknya ada cerita buat ditulis atau digosipin.
Dari sekian banyaknya lamaran, tidak semua dapat panggilan wawancara. Dan dari semua panggilan wawancara dan psikotes tidak semua juga yang lolos. Ada pekerjaan yang benar-benar saya suka tapi ternyata tidak lolos, ada yang tidak begitu suka tapi malah dipanggil tapi akhirnya tidak saya ambil pekerjaan itu. Dari semua proses rekrutmen tersebut yang paling menentukan itu adalah wawancara dengan user, jika bisa membuat user ‘click’ dengan kita, ya kemungkinan diterimanya lebih besar.
Karena sering ikut tes dan wawancara kerja, saya jadi hapal beberapa gaya dari HRD, tentunya beda setiap perusahaan.
Kalau rekrutmen berdasarkan referensi misalnya dari buku wisuda, koneksi atau pembajakan, proses rekrutmen cenderung lebih gampang dan kesempatan diterima sangat besar karena biasanya HRD sudah tahu kemampuan calon pekerja. Kalau yang model ini paling-paling hanya beberapa kali wawancara dan kalau cocok dengan gaji, ya akhirnya diterima.
Tapi jika rekrutmen berasal dari luar, pokoknya buka dari referensi. Proses rekrutmennya bisa jadi panjang atau pendek tergantung dari perusahaan. Biasanya urutannya seperti
Jumat, 05 Februari 2010
DownTown Photography, Jakarta
Jakarta mungkin kota yang sibuk, sumpek, panas dan berpolusi. Dan bisa jadi karena kesibukan, banyak orang lupa kalau masih ada tempat-tempat bagus baik indoor dan outdoor untuk berfoto-foto.
Untuk kategori outdoor:
• Kota Tua: daerah Pecinan dan bersejarah ini sangat populer untuk keperluan fotografi baik komersial maupun untuk tujuan bersenang-senang, mulai dari pre-wedding sampai lomba fotografi. Kebanyakan pemotretan dilakukan dengan latar belakang gedung-gedung jaman kolonial yang sekarang menjadi museum. Kehadiran Bus Transjakarta sangat membantu warga untuk mencapai lokasi ini.
• Pantai Ancol dan sekitarnya: tempat rekreasi alam dan buatan masih terbilang indah untuk menjadi objek foto walau kebersihannya kurang.
• Bunderan HI (Hotel Indonesia): paling bagus pada waktu malam diatas jam 10, karena lampu menyala dan mobil yang melintas sudah berkurang.
• Taman-taman kota (Menteng, Surapati, Barito), atau taman privat seperti taman di Erasmus Huis, yang kecil tapi cantik.
• Airport: disini bisa hunting foto pesawat yang sedang parkir atau yang sedang take off dan landing.
• Bonbin Ragunan: cocok dan bagus untuk memfoto satwa dan alam.
• Taman Mini Indonesia Indah: tempat yang cocok untuk mangambil foto kebudayaan tanpa harus ke lokasi aslinya yang tersebar dari barat sampai timur. Foto flora dan fauna juga masih direkomendasikan.
Kategori indoor:
• Mall Grand Indonesia: mall yang satu ini sudah memiliki feature-feature yang mendukung untuk pengambilan foto seperti interior oriental dan western,
• Museum di Jakarta: kebanyakan museum berada di kota tua tapi interior bangunan yang bercorak art deco sangat sayang untuk dilewatkan, bagian dalamnya pun tidak kalah menarik dari pesona Kota Tua.
Masih banyak lagi tempat-tempa menarik, jadi tunggu saja postingan berikutnya
Untuk kategori outdoor:
• Kota Tua: daerah Pecinan dan bersejarah ini sangat populer untuk keperluan fotografi baik komersial maupun untuk tujuan bersenang-senang, mulai dari pre-wedding sampai lomba fotografi. Kebanyakan pemotretan dilakukan dengan latar belakang gedung-gedung jaman kolonial yang sekarang menjadi museum. Kehadiran Bus Transjakarta sangat membantu warga untuk mencapai lokasi ini.
• Pantai Ancol dan sekitarnya: tempat rekreasi alam dan buatan masih terbilang indah untuk menjadi objek foto walau kebersihannya kurang.
• Bunderan HI (Hotel Indonesia): paling bagus pada waktu malam diatas jam 10, karena lampu menyala dan mobil yang melintas sudah berkurang.
• Taman-taman kota (Menteng, Surapati, Barito), atau taman privat seperti taman di Erasmus Huis, yang kecil tapi cantik.
• Airport: disini bisa hunting foto pesawat yang sedang parkir atau yang sedang take off dan landing.
• Bonbin Ragunan: cocok dan bagus untuk memfoto satwa dan alam.
• Taman Mini Indonesia Indah: tempat yang cocok untuk mangambil foto kebudayaan tanpa harus ke lokasi aslinya yang tersebar dari barat sampai timur. Foto flora dan fauna juga masih direkomendasikan.
Kategori indoor:
• Mall Grand Indonesia: mall yang satu ini sudah memiliki feature-feature yang mendukung untuk pengambilan foto seperti interior oriental dan western,
• Museum di Jakarta: kebanyakan museum berada di kota tua tapi interior bangunan yang bercorak art deco sangat sayang untuk dilewatkan, bagian dalamnya pun tidak kalah menarik dari pesona Kota Tua.
Masih banyak lagi tempat-tempa menarik, jadi tunggu saja postingan berikutnya
Langganan:
Postingan (Atom)