Selasa, 17 Agustus 2010

Angkoter

Saya adalah seorang angkoter sejati, kemana-mana naik angkot. Ini sih bukan karena ga punya mobil atau ga bisa nyetir, lihat saja kemacetan di Jakarta yang minta ampun belum kalau ditambah hujan, banjir atau lampu merah yang mati. Jalanan baru lengang pada saat tengah malam atau pada saat Lebaran di saat kebanyakan warga Jakarta mudik. Naik motorpun sebelas duabelas dengan mobil malah bahaya tambah besar kalau kesenggol atau keserempret kendaraan lain langsung kehilangan kesimbangan. Jadi pilihan yang terbaik dari yang terburuk ya, naik angkot. Rasanya hampir semua jenis angkot pernah saya naiki, misalnya mikrolet, KWK, metromini, bajaj, bemo, taksi, ojek, PPD, perahu tongkang, getek, pesawat terbang, kereta, transjakarta dan masih banyak lagi jenisnya.
Pertama kali naik angkot waktu TK, setiap ke sekolah naik angkot, dan setelah itu akhirnya setiap ke sekolah sampai ke kampus saya naik angkot. Rute angkot pertama yang saya naiki adalah mikrolet M12 Senen-Kota. Waktu itu TK saya di daerah Pasar Baru, kemudian SD dan SMP di Gunung Sahari. Dan sampai sekarangpun masih sering naik M12, ya kira-kira 20 tahun lebihlah, harusnya dapat penghargaan sebagai penumpang terloyal. Sewaktu SMIP, jenis angkot yang saya naiki bertambah, dari metromini, kapal roro, dan pesawat terbang. Dan pada waktu cari kerja, rute maupun jenis angkot makin bertambah (shuttle bus), selain itu saya juga jadi tahu jalan.


Banyak suka duka kalau naik angkot, mungkin lebih tepat dukanya yang lebih banyak. Sukanya, bisa ketemu berbagai macam manusia, saya bisa menganalisa kepribadian orang, tahu ciri-ciri copet dari dandanannya dan tingkah lakunya. Dukanya , seperti jam karet, ngetem, sopir tukang ngebut, kondisi angkot yang sudah harus pensiun tapi dipaksa buat narik. Belum lagi kalau ditambah hujan, selain susah cari angkot tapi juga bisa kebocoran di dalam angkot. Teman saya pernah bilang kalau hujan penumpang di dalam bis bisa lebih kuyup daripada orang yang di luar bis.


Yang paling risih adalah pengamen dan pengemis yang naik bis. Pengamen biasanya bersuara jelek dan tidak jelas tapi minta uang maksa. Kalau pengemis biasanya nekat menunjukkan bagian tubuh yang sakit, ada juga orang yang minta sumbangan atas proyek atau organisasi tertentu. Pengemis setengah preman kalau minta uang suka maksa dan biasanya bergerombol.


Angkot walau dibenci tetap dinanti, walau kalah gengsi sama mercedez benz tetap dikejar-kejar. :P nantikan petualangan seorang angkoter di artikel berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar